Dalam bukunya, Kang Pepih menyebut
sepuluh etiket yang ditulis oleh Virginia Shea. Dimana kemudian dikutip
Richard Craig, dalam buku ‘ Online Journalism: Reporting and Editing for
New Media’ layak disebut sebagai Ten Commandments bagi para jurnalis
warga, blogger, dan netter.
Kesepuluh netiket itu adalah:
1. Ingatlah Orang
Kita harus menyadari bahwa di dunia internet kita tidak sendirian. Selain diri kita masih ada orang lain.
Kita bukan hanya berhadapan dengan kata-kata, gambar atau video. Karena ada pengguna lain juga yang sedang kita hadapi.
Intinya adalah bahwa jangan mentang-mentang kita berada di dunia maya, sehingga berlaku suka-suka dan semena-mana.
Kita harus berpikir dengan tindakan kita. Jangan sampai apa yang kita lakukan dapat menyakiti atau merugikan orang lain.
Yang namanya urusan moral, tidak peduli di mana pun mestinya kita menganggap adalah hal yang sama.
Persepsi bahwa ini di dunia maya tidak
ada sanksi atau hukum yang berlaku seperti di dunia nyata sudah waktunya
kita buang jauh-jauh.
Kita ingat poin pertama, bahwa di dunia maya kita tidak sendirian. Ada orang lainyang harus kita hargai dan hormati.
Untuk itu hindari penggunaan kata-kata
kasar, tidak senonoh, caci-maki, penghinaan, membuat kacau forum
diskusi, atau meng-hack situs dan blog orang lain.
3. Ketahuilah di Mana Kita Berada di Ruang Cyber
Kang Pepih menyebutnya sebagai ‘jangan usil soal kebiasaan orang lain’.
Tanpa kita sadari, sering kali kita tergoda untuk membahas tentang kebiasaan atau budaya lain. Bahkan urusan agama lain.
Sebagai jurnalis warga atau blogger, ada
baiknya tidak membahas tentang kebiasaan atau budaya lain. Apalagi
sampai menilai sebagai hal yang salah.
Kang Pepih menyontohkan tentang
kebiasaan orang Papua yang memakai koteka. Mengapa kita harus nyinyir
dan membahas habis-habisan? Apa untungnya? Yang ada justru akan
menimbulkan perdebatan yang sia-sia.
4. Hormati Waktu dan bandwdith Orang Lain
Sengaja atau tidak dengan mengirim spam
atau email sampah kita telah menyita waktu dan bandwidth orang lain.
Selain itu juga menjengkelkan.
Termasuk berkomentar yang memprovokasi dan menyebarkan link-link iklan yang tidak dibutuhkan.
Satu yang patut dicatat, menurut Kang
Pepih, menulis tautan copy paste di komentar-komentar yang mengarah ke
postingannya adalah termasuk kegiatan spamming.
Dalam hal ini, menurut saya ada
pengecualian. Berbeda halnya kalau sudah seijin pemilik kolom komentar
dan tautannya berhubungan atau memperkaya tulisan yang kita komentari.
5. Buatlah Diri Kita Kelihatan Baik Saat Ber-Online
Menjadi baik atau buruk di dunia maya bisa jadi merupakan pilihan seseoran atau bawaan dari karakternya di dunia nyata.
Itulah sebabnya jangan kecewa bila
menemukan satu-dua netter yang berperilaku buruk dan mengacau. Karena di
dunia maya masih banyak orang-orang yang berintegritas.
Banyak para jurnalis warga, blogger atau netter yang tulus untuk berbagi di dunia maya tanpa pamrih.
Memilih menjadi netter yang berperilaku
baik dengan selalu menjaga etika. Bersopan santun dalam berkata-kata dan
menulis hal-hal yang baik tentu bukan hal yang buruk.
Walaupun ada kalanya kita akan dicap jaim _jaga image_ atau sok baik. Saya kira hal itu tidak harus mengubah perilaku kita.
6. Berbagi Ilmu dan Keahlian
Setiap hari mungkin saja ada pengguna
baru yang tersasar di dunia maya yang belum mengerti apa-apa sehubungan
dengan etika berinternet.
Kita yang mengerti tentang seluk-beluk
dunia maya, sepantasnya terpanggil untuk membagikan ilmu. Istilahnya
jangat pelit untuk berbagi ilmu.
Bukan hanya itu. Bisa juga kita berbagi
dengan menuliskan hal-hal yang bermanfaat sesuai bidang yang kita
kuasai, sehingga orang lain pun mengetahui dan merasakan manfaatnya.
Sesuai dengan moto Kompasiana, sharing
atau berbagi. Bahwa sesama penghuni di dunia maya kita bisa saling
berbagi untuk saling melengkapi.
7. Menolong agar Api Peperangan Tetap Terkontrol
Berbeda pendapat dan saling berdebat
memang tidak ada salahnya. Tetapi perdebatan yang mengarah kepada saling
menyerang dan saling memaki tentu sudah tidak sehat lagi.
Mengapa rubrik ‘Agama’ yang sempat
ngetop di Kompasiana dihilangkan? Karena menurut Kang Pepih, suasana
perdebatan sudah tidak sehat dan jauh dari kondusif.
Niat mulia atas kehadiran rubrik ‘Agama’ sebagai wadah untuk diskusi agama, malahan menjadi ajang ‘peperangan’.
Niat mulia atas kehadiran rubrik ‘Agama’ sebagai wadah untuk diskusi agama, malahan menjadi ajang ‘peperangan’.
Hal ini terjadi disebabkan hadirnya orang-orang yang justru memanas-manasi suasana. Saling mengkafirkan terjadi.
Suasana ini bisa timbul, karena ketiada-hadiran netter yang menjadi penengah untuk memadamkan pertikaian.
Ketika terjadi ‘peperangan’ di dunia maya antara dua kelompok. Bersikap diam dan netral memang pilihan yang baik.
Namun alangkah baiknya bila dapat menjadi pengontrol agar suasana tetap terjaga dalam diskusi yang sehat.
8. Hormati Privasi Orang Lain
Tidak sedikit blogger atau netter yang
merahasiakan identitas aslinya. Karena merasa lebih nyaman dan hal-hal
yang sangat pribadi.
Selama yang bersangkutan berperilaku baik dan menulis hal-hal yang bermanfaat. Apa salahnya?
Sebuah pilihan menurut saya patut untuk
kita hargai. Tidak perlu kita memaksa seseorang untuk menggunakan nama
dan gambar profil asli atau menjelaskan keberadaannya.
Berhubungan dengan privasi seseorang,
bagi kita yang lebih mahir dalam teknologi, kadang timbul keisengan
untuk membongkar file-file seseorang yang bersifat rahasia.
Kita tidak menyadari akibat keisengan kita, sehingga menyebabkan privasi orang lain terganggu.
9. Jangan Menyalahgunakan Kekuasaan
Sikap mentang-mentang bukan hanya ada di dunia nyaga, di dunia maya pun ada.
Seseorang yang menguasai teknologi informasi. Bisa saja dengan kepintarannya ia menyalahgunakan kemampuannya.
Selain untuk menunjukkan kehebatannya,
bisa jadi hanya sekadar iseng. Inilah sikap mentang-mentang yang bukan
hanya merugikan orang lain. Tapi termasuk dirinya.
Sebagai netter yang bertanggung jawab, tentu merasa berkuasa di dunia maya jangan sampai terjadi.
10. Maafkanlah Jika Orang Lain Berbuat Kesalahan
Jangan pernah berpikiran standar diri
kita sama dengan orang lain. Kita yang termasuk sudah lama menghuni di
dunia maya, sedikit banyak sudah tahu etika berinternet.
Tetapi kita juga harus tahu, setiap
waktu pasti ada saja yang menjadi penghuni baru. Masih terbata-bata
dalam berinternet atau gagap teknologi.
Menemukan atau kebetulan berinteraksi
dengan mereka yang baru menjadi penghuni baru seharusnya kita memaklumi.
Maafkan saja. Apa susahnya?
Yang lebih penting lagi adalah dengan
ilmu dan pengalaman yang kita miliki, ada kewajiban untuk membimbing
mereka agar tidak terssat.
Demikian sepuluh etika berinternet yang
dapat saya tuliskan kembali sesuai pemahaman saya dari buku ‘Citizen
Journalism’ karya Pepih Nugraha yang diterbitkan Penerbit Kompas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar